Desember 26, 2007

That's it!


Menatap kosong lembaran putih yang ada
Satu harap mencuat 
Untuk bisa dapatkan sepatah kata terangkai bersama
Untuk hadirkan sederet kata penuh makna
Namun, tak mampu lagi kutulis suatu yang indah. 
Jiwa lelah, raga terengah,
Mungkin rasa harus berserah.
Bukan tuk kalah, ini tentang mengalah.

Taken from a lonely heart;
---July,2006---

Desember 25, 2007

CERMIN DALAM DIAM

Aku berdiri dalam sunyi, termenung menatap cermin diri.
Mencoba menyakini bahwa hanya dirimu yang kuingin di kelam malam ini.
Mencoba memastikan bahwa ini bukan kesalahan dari masa lalu yang hadir kembali.
Mencoba memahami bahwa tak kan ada sesal tertinggal tuk diratapi esok hari.
Mencoba tuk menetapkan hati bahwa kau satu yang kuperlu dalam hidup ini.
Mencoba tuk kukatakan bahwa tak bisa kulepaskan hati dari seorang petualang cinta sejati.
Akankah diamku terkuak dengan rangkain jawab yang pasti?

TAKE A LOOK INTO YOUR OWN HEART, SWEETY!

Pernahkah kau berikan seluruh hatimu pada orang yang kau kira bahwa dia yang terpilih, hanya tuk mendapati bahwa hatinya tak kan pernah seutuhnya untukmu? Atau pernahkah dia yang kau rindukan sepanjang waktu---hingga sulit kau lewati satu masa tanpa dirinya---ternyata sejujurnya tak kan pernah mengerti apa arti kerinduanmu? Pernahkah kau pejamkan matamu dan yang kau dapati cuma bayangnya yang terus berkuasa, sementara kau tahu bahwa dia tak akan bisa membuatmu bahagia? Pernahkah kau habiskan waktumu tuk terus termenung dalam temaram cahaya asa dan berteriak diantara dilema apakah kau ingin bercinta dengannya atau harus membunuhnya?
"Don't waste your time on a man who isn't willing to waste his time on you".

Desember 24, 2007

Merajut warna hidup

Hidup yang berwarna membuatku lupa bahwa terkadang aku harus tersudut dalam pilihan hitam dan putih, dua corak monoton yang sebenarnya tetap diperlukan sebagai corak keseimbangan atas warna hidupku. Biru yang menetramkan, hijau yang mengalurkan hidup, ungu yang menyeimbangkan pikiran dan hati, merah yang menguatkan perasaan, kuning yang terus menstimulasi hidupku dan coklat yang menguatkan seluruhnya. Saat kucoba tuk menggoreskannya diatas kanvas hidup, aku justru tersesat dalam alur warnaku sendiri. Sesat dalam garisku, sesat dalam temaku. Namun saat tema kutemukan dalam warna yang membaur, ketidakseimbangan datang menengahi alur. Aku lelah. Lelah... Lalu kusadari akhirnya... jiwa! Aku terhenyak dalam kesadaran bahwa aku butuh jiwa tuk terus menggoreskannya. Dan...saat itulah kulihat dia disana. Sang pembawa jiwa datang dengan keteguhan hatinya menghampiriku dan merengkuhku. Membawakan dua gradasi warna yang sama sekali tak mencolok. Cuma hitam dan putih! Cuma itu. Ia mengenggam tanganku, membawaku ke kanvas harianku, melengkapi warna dan menjadi katalis untuk memperkuat warna-warna. Sungguh, aku tiadalah sempurna tanpa sang pembawa jiwa menyertaiku. Aku cuma warna-warna tanpa keseimbangan, tanpa corak berarti, tanpa nilai... Harapan yang tersirat padaku saat ini adalah dapat merajut warna dalam hidupku yang tersisa bersama sang pembawa jiwa.

Untuk apa rembulan lentik meraung di malam buta?


Dia menghardik diri setelah penis-penis cinta berbalut nafsu sempat menyambanginya
Setelah mengamini janji tuk bisa bersama,
Setelah ia menyambut lengkingan dan lolong cinta yang tersembunyi dibalik hati seorang petualang
Setelah 'Rama' tercintanya mengabu-abukan kenangan bersamanya
Setelah bibir merona mengusung 'Rama'-nya ke pembaringan surga setannya dan mencuci otaknya dalam desah mesra.