Juni 08, 2009

Pengantin bunga

Rumah bunga-bungaku sedang riuh rendah karena "hati" telah menjadi pengantin cantik hari ini. "Hati" sedang duduk manis bermandikan tetesan wangi surgawi di halaman depan. Bersemburat pipi merah jambunya karena disoraki puja-puji lantunan ikrar pengagungan setia. Namun tak luput, masih juga "hati" bersitegang dengan otak, masih melawan ingatan tentang talak pada suatu kala yang dilontarkan laki-laki bernama harapan. "Hati" bersikukuh tak ingat bahwa ia pernah dicerai dalam penantian bertahun. "Hati" malah tertawa-tawa, melepasi rentetan peluru berisi gula madu dari senjata mungil bernama cinta. Melebarkan senyum sebagai topeng berbentuk pengingkaran halus. Sampai sore ini rumah bunga-bungaku masih riuh rendah. Tapi nanti aku akan mengambil cermin dan akan kukacai wajah kegundahannya. Malam nanti akan kuajak "hati" untuk merenung diatas bukit kepastian, lalu bertutur pada bulan penuh agar bulatnya mau terus bersaksi untuknya tentang harap dan sedu sedannya.