Desember 24, 2007

Merajut warna hidup

Hidup yang berwarna membuatku lupa bahwa terkadang aku harus tersudut dalam pilihan hitam dan putih, dua corak monoton yang sebenarnya tetap diperlukan sebagai corak keseimbangan atas warna hidupku. Biru yang menetramkan, hijau yang mengalurkan hidup, ungu yang menyeimbangkan pikiran dan hati, merah yang menguatkan perasaan, kuning yang terus menstimulasi hidupku dan coklat yang menguatkan seluruhnya. Saat kucoba tuk menggoreskannya diatas kanvas hidup, aku justru tersesat dalam alur warnaku sendiri. Sesat dalam garisku, sesat dalam temaku. Namun saat tema kutemukan dalam warna yang membaur, ketidakseimbangan datang menengahi alur. Aku lelah. Lelah... Lalu kusadari akhirnya... jiwa! Aku terhenyak dalam kesadaran bahwa aku butuh jiwa tuk terus menggoreskannya. Dan...saat itulah kulihat dia disana. Sang pembawa jiwa datang dengan keteguhan hatinya menghampiriku dan merengkuhku. Membawakan dua gradasi warna yang sama sekali tak mencolok. Cuma hitam dan putih! Cuma itu. Ia mengenggam tanganku, membawaku ke kanvas harianku, melengkapi warna dan menjadi katalis untuk memperkuat warna-warna. Sungguh, aku tiadalah sempurna tanpa sang pembawa jiwa menyertaiku. Aku cuma warna-warna tanpa keseimbangan, tanpa corak berarti, tanpa nilai... Harapan yang tersirat padaku saat ini adalah dapat merajut warna dalam hidupku yang tersisa bersama sang pembawa jiwa.

Tidak ada komentar: