April 16, 2015

Subuh Dingin

Di jalan yang sama. Subuh memanggil. 

Perempuan menor terkantuk dibalik setir, menuju pulang pada pasangan yang terus khawatir. Ibu bertubuh tambun menggelar tikar, bakulan paginya segera siap tergelar. Lelaki renta berpacu dengan waktu, adzan sudah sejak tadi berlalu namun langkah kaki tuanya belum lagi mencapai pijakan tempat berwudhu. Lelaki muda berlari tergesa, mendekap kotak kayu dari depan mushola. Isi kepalanya mengesampingkan dosa karena beras tak bisa ditanak dalam hayalnya saja, jasa dokter tak bisa digantikan dengan rasa terima kasih saja, dan hutang tak mampu membeku dalam ketetapan jumlahnya.

Karena itulah kiranya...
 

Di gubuk tripleknya nanti, ia akan menyuruh istri tercinta menghitung isinya. Agar bisa menyisihkan sedikit biaya untuk mertua renta yang rajin mengunjungi mushola, membayar hutang makan pada si Ibu bertubuh tambun yang selalu bersiap di pagi buta, dan pergi ke rumah si Perempuan menor untuk mengangsur jumlah riba.



Tidak ada komentar: