Juni 17, 2012

Sakit

Negeri sim salabim sedang terbaring dikamar VIP sebuah rumah sakit. Kepalanya retak, bajunya koyak-koyak. Ia meraung-raung. Aku mengintipnya dari sudut gelap
 
“GALAU!”, katanya.

"Kau sakit apa?", tanyaku sangat pelan.
 
“Aku sekarat, bebanku semakin berat. Pagar-pagar aturan patah diterobos, hal-hal gratis harus berongkos. Si bisu dan sibuta selalu kalah, si banyak akal sering pongah. Si penis mulai mengenakan BH macam pemilik vagina, si vagina meradang karena mampu berotot namun tetap dianggap nomor dua. Bayi-bayi kurus dan miskin merengek susu dari payudara kendur, bayi-bayi montok tersingkir dari ibu yang tak tahu bersyukur. Cerita si miskin menjadi program di tivi, kelakar si kaya menjadi tontonan digubuk-gubuk sepi”.
 
Negeri sim salabim bergetar, mencoba tegar.
“Semoga kau lekas sembuh”, kataku lembut.
 
Aku beringsut menjauh. Kembali ke selasar rumah sakit. Duduk tertunduk dan beku membisu. Obat untuk buah hati harus ditebus, sementara uang hasil mengais sampah sudah tergerus.

Tidak ada komentar: