September 20, 2012

Subuh, Penyerahan Yang Utuh


Tubuh yang menggigil adalah panggilan buatmu
Jarum jam mencolek-colek dada busungmu agar pulang
Lewat rute yang sama
Yang maghrib tadi kamu lewati bersama wangi cendana
Bersama rok pendek yang kamu sebut lintah karena lekat dan ketatnya
Bersama langkah sendal yang menggema saat berlalu didekat teras surau.

Kamu pulang tidak sempurna
Ah, BH-mu entah kemana
Dicuri laki-laki iseng
Laki-laki muda berkacamata yang haus belai
Yang menukar desahnya dengan lembaran rupiah
Yang mengganti nilai sungkan atas jilatan dengan janji sebuah perhiasan
Yang menghamburkan dukanya diranjang agar kamu memungutinya dan menukarnya dengan nikmat berjuta-juta
Dan BH-mu itu, entah dia bawa kemana
"Hendak kujadikan cinderamata", begitu kata si kacamata.

Kamu pulang berlari-lari
Berlomba dengan suara muadzin yang memecah subuh
Pagar bambu dihalaman menyapa pulangmu dengan acuh tak acuh
Mungkin sudah bosan menyapa datang dan pulangmu yang selalu lusuh
Kamu tak peduli
Kamu tergopoh-gopoh mengguyur tubuhmu
Mengguyur rambutmu
Kepala
Dada
Vagina
Paha
Hingga seluruh kakimu yang telah terjajah lidah si kacamata

Setelah itu kamu sambar mukenah
Berdiri dibelakang laki-laki yang sudah sedari tadi menanti
Kamu terdiam dalam khusyuk
Sesekali kamu dengar batuknya yang tidak bisa pensiun setelah berobat bertahun-tahun
Kanker, begitu kata dokter.

"Seminggu ini aku tidak membawa serta malu ku seperti kemarin dulu. Aku menumpuknya dihalaman belakang sebelum pergi. Toh menggondol malu dibelakang bokongku tak juga bisa membuat harga obat-obatmu dan susu anakku menjadi murah", katamu setelah salam pengakhiran selesai terucap. Air matamu mengalir bebas dari pelupuk.

Laki-laki itu merengkuh kamu. Isaknya pecah. "Pengorbanan besarmu ini, aku tak tahu harus menyebutnya berjihad atau keputusan yang sangat bejat, wahai istriku".

"Ma'afkan aku...", katamu.

"Untuk apa?", tanya suamimu.

Kamu mencium punggung tangan suamimu dan berkata lirih, "Karena aku belum bisa menjadi pendosa yang tegar, baik dan benar".

Lalu kudengar tangis anakmu pecah, lelahmu terseret keatas kasur. Menemani si kecil agar tertidur lagi. Diatas sprei kumal yang hampir tak terganti.

Tidak ada komentar: