Januari 01, 2008

Elang yang terkenang


Jagat malam menghentak mahluk malam ini dari buaian
Menghambur pergi, memecah lautan udara bumi yang menua
Melayang lepas, bebas Berayun beragam penjuru bak sisa gumpal kapas

Didepan gua tua tertahan langkah, kepak sayap tak terbentang sudah Elang malam ini enggan membuat gema hadir disana
Terdiam, bersila lalu menjura
Pertama satu, lalu dua, tanpa jura ketiga walau tak sulit menghantarnya
Guliran air bening bergulir dari sudut mata besar yang pekat hitamnya

“Jura pertamaku tetap hormat untuk bunda. Tak ubahnya jura kedua tuk ayahanda. Tak perlu lagi jura ketiga kusembahkan untuknya. Untuk suami belahan hati yang berbagi sarang dengan betina lainnya.”

Tidak ada komentar: