Januari 01, 2008

Untuk siapa aku berkeluh?


Aku berteriak untuk terik menyala
Memancar dan menyilaukan
Mengugurkan daun kering pohon tuaku
Terhempas ketanah basah sisa hujan semalam
Jatuh, bersetubuh dengan bumi
Terbakar habis disambar terik

Aku juga mendebat sang angin
Yang mengayun dan menghempaskanku
Yang menyeret sayap robek penuh luka
Yang menelanjangi tubuh setengah jiwa ini

Pusaran badai pun mendera tegarku hingga luruh segala dan tersisa satu dua nafas tersengal
Hampir mati tanpa sayap mengepak

Aku lalu berseteru pada kabut
Yang menggantung dan menggulung jalan
Yang membendung fatamorgana pagi tuk mata kecilku
Kuludahi, kubunuh kekuasaan kabut kusutmu
Tertinggal umpat bibir mungilmu
Dan kau memudar, menjauh dan mendendam

Aku lalu mengamuk pada si rambut merah
Yang menyusup dalam hati merah jambu kekasihku
Yang memenggal mimpi bertahunku
Aku terbakar walau aku terdiam dalam dingin ruang hati
Kusudahi dan akhirnya kutumpahkan darah untuk sesuatu yang kau panggil cinta
Kupasung asa dan terkurung tuk satu masa
Diam, sunyi, cuma aku dan sangkar besi

Tidak ada komentar: